Frekuensi News - Sejumlah negara di kawasan Timur Tengah hingga kini masih dihantui oleh kemiskinan dan kelaparan, salah satunya Afghanistan.
Negara ini mengalami krisis ekonomi yang parah sejak kelompok Taliban resmi berkuasa di negara tersebut pada Agustus 2021 silam.
Taliban resmi menjalankan pemerintahan negara itu usai Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya dari Afghanistan.
Kelompok konservatif tersebut sempat berjanji akan memulihkan perekonomian Afghanistan selama menjalani kekuasaanya.
Baca Juga: Varian Omicron Kian Meluas, WHO Soroti Ketimpangan Distribusi Vaksin Covid-19
Namun hingga kini, krisis ekonomi masih menyelimuti negara itu.
Guna membantu negara yang tengah dilanda krisis tersebut, para donatur dunia sepakat untuk transfer 280 juta dolar AS atau setara Rp4,01 triliun dari dana perwalian yang dibekukan ke Program Pangan Dunia (WFP) dan UNICEF untuk Afghanistan.
Pihak Bank Dunia mengatakan hal tersebut dilakukan untuk mendukung nutrisi dan kesehatan Afghanistan ketika Bank Dunia berupaya membantu negara menghadapi kelaparan dan terjun bebas ekonomi.
Dana Perwalian Rekonstruksi Afghanistan yang dikelola Bank Dunia tahun ini akan memberikan 180 juta dolar AS atau sekitar Rp2,5 triliun kepada WFP untuk meningkatkan operasi keamanan pangan nutrisi.
Baca Juga: Adegan Dewasa dalam Film Yuni: Penuh akan Makna Perempuan dalam Belenggu
Lalu, sebanyak 100 juta dolar AS atau setara Rp1,4 triliun akan diberikan kepada UNICEF untuk menyediakan layanan kesehatan penting, kata bank itu dalam sebuah pernyataan.
Dikutip oleh frekuensinews.com dari Pikiran Rakyat pada artikel yang berjudul Donatur Dunia Sepakat Transfer Rp4,01 Triliun dari Dana yang Dibekukan untuk Afghanistan, uang itu akan ditujukan untuk mendukung program ketahanan pangan dan kesehatan di Afghanistan karena tenggelam ke dalam krisis ekonomi dan kemanusiaan yang parah.
Amerika Serikat dan donor lainnya memotong bantuan keuangan yang menjadi ketergantungan Afghanistan selama 20 tahun perang dan lebih dari 9 miliar dolar AS aset mata uang negara dibekukan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa hampir 23 juta orang – sekitar 55 persen dari populasi menghadapi tingkat kelaparan yang ekstrem dengan hampir 9 juta orang berisiko kelaparan saat musim dingin berlangsung di negara miskin yang terkurung daratan itu.
Baca Juga: CDC Ungkap Fakta Baru Soal Varian Covid-19 Omicron yang Merebak di Amerika Serikat