Sejumlah Negara Masih Terapkan PJJ, UNICEF Ungkap Dampak Jangka Panjang untuk Anak-anak

photo author
- Sabtu, 11 Desember 2021 | 13:10 WIB
Ilustrasi belajar daring. UNCEF mengingatkan dampaknya dalam jangka panjang jika belajar secara daring masih diterapkan. (Pixabay)
Ilustrasi belajar daring. UNCEF mengingatkan dampaknya dalam jangka panjang jika belajar secara daring masih diterapkan. (Pixabay)

Frekuensi News - Dunia pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak akibat terdampak pandemi Covid-19.

Sejumlah negara di dunia saat ini masih menerapkan pembelajaran secara daring atau jarak jauh untuk mencegah penularan Covid-19.

Namun, pelaksanaan PJJ yang masih diterapkan olah sejumlah negara, menjadi sorotan bagi sejumlah komunitas internasional.

Pasalnya PJJ yang berkepanjangan, akan memberikan dampak buruk terhadap anak-anak.

Baca Juga: Vaksin Booster Diklaim Jadi Solusi Atasi Varian Covid-19 Omicron

Menanggapi hal itu, Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) telah mendesak negara-negara di Asia Selatan seperti India dan tetangganya untuk kembali membuka sekolah-sekolah sepenuhnya.

Hal itu dituturkan UNICEF sebagai upaya untuk mengatasi terhentinya pendidikan sekolah terhadap lebih dari 400 juta anak-anak di negara-negara Asia Selatan yang ruang kelasnya ditutup selama pandemi Covid-19.

Dalam sebuah laporan UNICEF yang diterbitkan pada hari Kamis, memperingatkan bahwa konsekuensi dari pembelajaran yang terganggu di Asia Selatan dapat berlangsung selama beberapa dekade.

"Biaya kelambanan akan menjadi tenaga kerja yang lebih lemah dalam beberapa tahun, itu akan terlihat," tutur George Laryea-Adjei, direktur regional UNICEF untuk Asia Selatan mengatakan kepada AFP New Agency.

Baca Juga: Cara Pendidikan Lawan Pelecehan dan Kekerasan Seksual di Kampus

Dikutip oleh frekuensinews.com dari Pikiran Rakyat pada artikel yang berjudul UNICEF Peringatkan Konsekuensi 'Jangka Panjang' Jika Sekolah di Asia Selatan Tetap Tutup, menurut UNICEF, seluruh sekolah di Bangladesh ditutup selama hampir 18 bulan, menjadikannya salah satu penutupan terlama di dunia.

Sementara itu, sekolah di negara-negara Asia Selatan lainnya ditutup selama rata-rata 31 minggu antara Maret 2020 dan Agustus tahun ini.

Sebuah penelitian di India, yang dikutip dalam laporan tersebut, menunjukkan bahwa proporsi anak kelas 3 yang bisa membaca teks tingkat kelas 1 turun dari sekitar 42 persen pada 2018 menjadi hanya 24 persen pada 2020.

Selain itu, putus sekolah juga menyebabkan siswa mengalami tekanan psikososial, kesehatan mental yang buruk dan peningkatan risiko kekerasan. Bahkan, anak perempuan memiliki risiko tinggi untuk menikah dini.

Baca Juga: Selidiki Asal Penularan Covid-19 di Laboratorium, Otoritas Taiwan Dapatkan Temuan Mengejutkan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nih 6 SMA Terbaik di Pekanbaru, Siapa Paling Unggul?

Jumat, 21 November 2025 | 17:49 WIB
X