Menggunakan uang dana perwalian rekonstruksi dan menyalurkannya melalui WFP dan UNICEF, keduanya bagian dari keluarga PBB, tampaknya menjadi cara untuk mendapatkan dana ke negara itu untuk kebutuhan dasar dengan cara yang tidak harus melibatkan sanksi AS terhadap Taliban.
"Keputusan ini adalah langkah pertama untuk menggunakan kembali dana dalam portofolio ARTF untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Afghanistan pada saat kritis ini," kata bank tersebut.
Bank Dunia juga mengatakan bahwa badan-badan tersebut hadir di lapangan untuk memberikan layanan langsung kepada warga Afghanistan dalam antrean 'dengan kebijakan dan prosedur mereka sendiri'.
"Dana ARTF ini akan memungkinkan UNICEF untuk menyediakan 12,5 juta orang dengan layanan kesehatan dasar dan esensial dan memvaksinasi 1 juta orang, sementara WFP akan dapat memberikan 2,7 juta orang dengan bantuan makanan dan hampir 840.000 ibu dan anak dengan bantuan nutrisi," tambahnya.
Baca Juga: Prestasi dan Penghargaan Film Yuni 2021: Realita Stigma Tabu Perempuan Indonesia
Sebelumnya pada Jumat, Reuters melaporkan secara eksklusif bahwa para donor diharapkan untuk menyetujui transfer 280 juta dolar AS.
Pada 1 Desember, Reuters melaporkan bahwa dewan Bank Dunia telah mendukung transfer dana ARTF ke kedua lembaga tersebut.
Dalam pernyataannya, bank tersebut mengatakan akan "terus bekerja dengan donor ARTF untuk membuka dana tambahan ARTF untuk mendukung rakyat Afghanistan."
Laurel Miller, mantan penjabat perwakilan khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan, mengkritik keputusan untuk memanfaatkan ARTF untuk bantuan kemanusiaan yang ketat, dengan mengatakan uang harus datang dari sumber lain dan dana $1,5 miliar harus digunakan untuk inisiatif besar untuk menghentikan keruntuhan lembaga negara yang pekerjanya tidak dibayar selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Simak 5 Cara Aman Cegah Penularan Covid-19 Omicron Saat Berpergian
Menurut Miller, yang mengawasi program Asia dari International Crisis Group, saat ini dunia harus berbicara tentang runtuhnya layanan publik yang melayani rakyat Afghanistan.
"Itu bukan tentang membantu Taliban. Itu tentang membantu warga Afghanistan yang membutuhkan negara yang berfungsi. Mereka membutuhkan lebih dari sekadar bantuan makanan," kata Miller, yang mengawasi program Asia dari International Crisis Group, sebuah think tank.(Nur Annisa/Pikiran Rakyat)***
Artikel Terkait
China Ajukan Protes ke Indonesia Soal Laut Natuna Utara
Junta Militer Myanmar Putuskan Vonis Aung San Suu Kyi 2 Tahun Penjara, AS: Penghinaan Demokrasi
Kian Memanas, Australia Putuskan Bergabung dengan AS Boikot Olimpiade Beijing 2022
Sejumlah Negara Masih Terapkan PJJ, UNICEF Ungkap Dampak Jangka Panjang untuk Anak-anak
Hubungan Diplomatik Kian Panas, Ukraina Mulai Petakan Skenario Serangan Oleh Rusia