FREKUENSINEWS — Sedikitnya 30 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 80 lainnya mengalami luka-luka dalam serangan udara yang dilancarkan oleh militer Amerika Serikat ke pelabuhan minyak Ras Isa, Yaman, pada Jumat pagi. Serangan ini merupakan bagian dari kampanye udara intensif yang diluncurkan oleh AS sejak pertengahan Maret untuk menekan kelompok Houthi yang didukung oleh Iran.
Komando Pusat Militer AS (CENTCOM) mengonfirmasi operasi tersebut, dengan menyatakan bahwa serangan ditujukan untuk menghentikan aliran pendapatan minyak yang digunakan oleh Houthi guna membiayai operasi militernya di kawasan Timur Tengah.
“Pasukan AS mengambil tindakan untuk menghilangkan sumber bahan bakar bagi teroris Houthi yang didukung Iran dan merampas pendapatan ilegal yang telah mendanai upaya Houthi untuk meneror seluruh wilayah selama lebih dari 10 tahun,” demikian pernyataan resmi CENTCOM, dikutip dari Reuters.
CENTCOM juga menegaskan bahwa serangan ini tidak dimaksudkan untuk menyakiti warga sipil Yaman, melainkan untuk melemahkan struktur pendanaan kelompok bersenjata tersebut.
Namun, kelompok Houthi bereaksi keras atas serangan ini. Dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita SABA, Houthi menyebut serangan itu sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan Yaman dan menuduh AS menyerang fasilitas sipil vital.
“Agresi yang sama sekali tidak dapat dibenarkan ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan dan kemerdekaan Yaman serta penargetan langsung terhadap seluruh rakyat Yaman,” tegas pernyataan Houthi.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Melemah Usai Cetak Rekor Tertinggi, Spot Turun ke USD 3.317 per Ons
Rekaman yang disiarkan oleh saluran berita al-Masirah menunjukkan dampak destruktif dari serangan tersebut, termasuk kobaran api besar dan mayat-mayat yang berserakan. NASA juga mendeteksi kebakaran hebat di area pelabuhan melalui satelit pada Jumat pagi.
Pelabuhan Ras Isa yang berada di provinsi Hodeida, di sepanjang Laut Merah, merupakan salah satu lokasi strategis dalam infrastruktur minyak Yaman. Meskipun ekspor minyak dari negara itu telah lama terhenti akibat konflik berkepanjangan, pelabuhan ini disebut tetap digunakan Houthi untuk mengimpor minyak demi kebutuhan mereka.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan regional, termasuk konflik yang terus memanas antara Israel dan kelompok Houthi, serta upaya AS untuk menekan Iran terkait program nuklirnya.
Baca Juga: Bonus PON Belum Cair, Atlet Emas Aceh Minta Pemerintah Tepati Janji
Departemen Luar Negeri AS sebelumnya telah memperingatkan negara-negara dan entitas komersial agar tidak memasok minyak ke wilayah-wilayah yang dikuasai Houthi, termasuk pelabuhan Ras Isa.
Kampanye udara yang saat ini digalakkan oleh Presiden Donald Trump menunjukkan pergeseran kebijakan yang signifikan dari pemerintahan sebelumnya. Fokus tidak lagi hanya pada peluncuran rudal dan pangkalan militer, tetapi juga menyasar infrastruktur penting dan personel senior kelompok Houthi.