FREKUENSINEWS - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan telah menunjuk tiga ulama senior sebagai kandidat potensial penggantinya, jika ia terbunuh dalam konflik bersenjata yang tengah berlangsung antara Iran dan Israel.
Langkah ini diungkap oleh tiga pejabat tinggi Iran kepada The New York Times pada Sabtu (22/6). Mereka menyatakan bahwa Khamenei ingin memastikan transisi kekuasaan yang cepat dan tertib seandainya ia gugur dalam serangan, di tengah eskalasi tajam konflik yang juga dikhawatirkan bakal menyeret Amerika Serikat.
"Pemimpin telah mempertimbangkan skenario terburuk, termasuk kemungkinan pembunuhan dirinya oleh pihak asing," ujar salah satu pejabat, yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Baca Juga: Sirene Serangan Udara Menggema di Tel Aviv dan Wilayah Utara Israel, Rudal Iran Terus Menghantam
Saat ini, para pejabat senior Iran tengah melakukan simulasi skenario darurat dan mempersiapkan sistem komando alternatif. Meski rantai komando rezim dilaporkan terpukul akibat serangan Israel sejak 13 Juni lalu, sistem pemerintahan Iran diklaim masih berfungsi penuh.
Sesuai konstitusi Iran, jika Pemimpin Tertinggi meninggal, maka Majelis Ahli – badan beranggotakan 88 ulama senior – bertanggung jawab memilih penerusnya. Prosedur ini baru terjadi sekali sejak Revolusi Islam 1979, yaitu saat Khamenei naik takhta menggantikan Ayatollah Khomeini pada 1989.
Isu mengenai potensi pembunuhan Khamenei semakin hangat setelah Presiden AS Donald Trump membuat pernyataan kontroversial di platform Truth Social pekan ini. Meskipun ia menolak rencana Israel untuk membunuh Khamenei, Trump menyebut sang pemimpin sebagai "target yang mudah".
“Kami tahu persis di mana ‘Pemimpin Tertinggi’ bersembunyi. Ia adalah target yang mudah tetapi aman di sana. Kami tidak akan mengeluarkannya, setidaknya tidak untuk saat ini,” tulis Trump pada Selasa lalu.
Pernyataan tersebut menyusul komentar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang secara terbuka menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika Khamenei dilenyapkan. Dalam wawancaranya dengan ABC News, Netanyahu menegaskan bahwa keberadaan Khamenei adalah simbol dan sumber kekuatan Iran dalam konflik saat ini.
Rusia Peringatkan Konsekuensi Global
Menanggapi meningkatnya wacana pembunuhan pemimpin tertinggi Iran, Rusia melayangkan peringatan keras. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dalam wawancara langka dengan Sky News pada Jumat (20/6), menyebut bahwa Moskow akan merespons "sangat buruk" jika Khamenei dibunuh.
“Mereka akan membuka kotak pandora,” ujar Peskov, sembari memperingatkan bahwa pembunuhan Khamenei bisa memicu radikalisasi besar-besaran di dalam Iran.
Ia menambahkan bahwa rakyat Iran sangat terkonsolidasi dan siap melawan. “Itu akan melahirkan suasana ekstremis yang tidak bisa dikendalikan,” katanya.
Perang antara Iran dan Israel pecah setelah Tel Aviv melancarkan serangan udara ke Teheran pada 13 Juni, dengan dalih mencegah pengembangan senjata nuklir Iran. Iran merespons dengan meluncurkan Operasi True Promise 3.
Serangan Israel sejauh ini telah menewaskan ratusan warga Iran, termasuk sejumlah pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir. Fasilitas nuklir penting seperti Natanz dilaporkan rusak parah dan mengalami kebocoran radiasi.