Frekuensi News - Operasi militer yang dilakukan oleh Rusia di Ukraina hingga kini masih terus berlangsung.
Perang di Ukraina membuat hubungan diplomatik Rusia kian panas dengan negara-negara barat yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Baru-baru ini, NATO menyatakan pihaknya memiliki hak untuk mengerahkan pasukan militer mereka ke wilayah Eropa Timur.
"Langkah ini dilakukan karena Rusia notabene rival (NATO, red) membatalkan isi Undang-Undang Pendirian NATO-Rusia," kata Wakil Sekretaris Jenderal NATO Mircea Geoana seperti dikutip oleh frekuensinews.com dari AFP Kamis, 2 Juni 2022.
Baca Juga: Marcel Siahaan Kembali Tampil Menyanyi, Akui Sempat Alami Demam Panggung
Geoana mengatakan, di bawah Undang-undang Pendirian NATO-Rusia tahun 1997 itu, telah mengatur ulang hubungan antara Rusia dan NATO.
Sebab, kata dia, dua belah pihak-NATO dan Rusia telah sepakat untuk bekerjasama.
"Mencegah penumpukan kekuatan konvensional berpotensi mengancam wilayah Eropa disepakati, termasuk Eropa Tengah dan Timur," kata Geoana.
Respons NATO terbaru juga dikatannya dengan alasan itu.
Aliansi militer barat itu juga mulai mengancam Rusia dengan kekuatan sekutu.
"Mereka mengambil keputusan, mereka membuat kewajiban di sana untuk tidak menyerang tetangga, yang mereka lakukan, dan untuk berkonsultasi secara teratur dengan NATO, yang tidak mereka lakukan," ujar Geoana.
"Jadi, saya pikir sebenarnya undang-undang pendiri ini pada dasarnya tidak berfungsi karena Rusia," lanjut dia.
Geoana juga mengatakan, beberapa negara anggota NATO di wilayah itu telah merasa terancam oleh Rusia.
Artikel Terkait
NATO Tingkatkan Kehadirannya di Eropa Timur, Siap Lawan Rusia?
NATO: Terapkan Larangan Terbang di Ukraina Sama Saja Bertempur Langsung dengan Rusia
Jerman Janjikan Lebih Banyak Bantuan Militer untuk Ukraina Tapi Pastikan NATO Tak Ikut Berperang
Tuding Rusia Bantai Warga Sipil di Bucha, NATO: Kebrutalan yang Tak Bisa Ditolerir
Rusia Pastikan Serang Bantuan Senjata dari AS-NATO untuk Ukraina