Frekuensi News - Kabar mengejutkan datang dari perang Rusia dengan Ukraina.
Baru-baru ini, Presiden Rusia Vladimir Putin waktu setempat mengatakan Ukraina telah mengubah sikapnya dari apa yang sudah disepakati dalam perundingan damai bulan lalu di Istanbul, dengan mengatakan pembicaraan itu sekarang berada di "jalan buntu."
"Kami mencapai kesepakatan pada tingkat tertentu di Istanbul, yang menunjukkan bahwa jaminan keamanan untuk Ukraina, yang mana pertempuran tidak akan menyebar ke wilayah Krimea, Sevastopol, dan Donbas," kata Putin.
"Kami bertindak untuk menciptakan kondisi untuk kelanjutan pembicaraan damai, tetapi sebaliknya, kami menghadapi provokasi di Bucha, dan yang utama adalah Ukraina menyimpang dari komitmennya di Istanbul," ujar Putin.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok 14 April 2022: Cancer Ikuti Intuisi, Virgo Jadwalkan Kegiatan Resmi
Dikutip oleh frekuensinews.com dari Anadolu Agency, hal itu ia katakan pada konferensi pers setelah pertemuan dengan Presiden Belarus Alexander Lukashenko di Vostochny Cosmodrome.
Menurut Putin, Ukraina sekarang ingin membicarakan masalah Donbas dan Krimea secara terpisah dari masalah jaminan keamanan.
Terkait "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina dapat diselesaikan dengan cepat, Putin mengatakan hal itu dapat dilakukan, tetapi pertempuran harus diintensifkan yang berarti kerugian manusia yang lebih besar.
"Tugas kami adalah mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan, meminimalkan kerugian tersebut. Dan kami akan bertindak berirama, tenang, sesuai dengan rencana yang semula diusulkan oleh panglima," tuturnya.
Baca Juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia Rabu, 13 April 2022: Jakarta Sumbang Kasus Baru Tertinggi
"Ukraina berubah menjadi pijakan anti-Rusia, bibit-bibit nasionalisme dan neo-Nazisme tumbuh dengan hati-hati di sana, masalah yang sudah ada sejak lama,” tutur dia.
"Neo-Nazisme tumbuh secara khusus, dan bentrokan Rusia dengan pasukan ini tidak dapat dihindari, mereka hanya memilih waktu untuk menyerang," kata presiden Rusia itu.
Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah memicu kemarahan negara barat dengan Uni Eropa, AS, dan Inggris menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.
Negara barat juga terus memberikan dukungan berupa bantuan persenjataan kepada Ukraina untuk melawan Rusia.
Artikel Terkait
Mengenal Donetsk dan Lunhansk, Dua Wilayah Penyebab Operasi Militer Rusia di Ukraina
Rusia Akui Kehilangan Banyak Pasukannya Selama Operasi Militer di Ukraina
Tuduh Vladimir Putin Rekrut Teroris, Ukraina Desak Finlandia Putuskan Hubungan Ekonomi dengan Rusia
Perang Masih Berlangsung, Rusia-Ukraina Sepakat Tukar Tawanan
Uni Eropa Tuding Rusia Hancurkan Persediaan Pangan Global Imbas Operasi Militernya di Ukraina