Frekuensi News - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim mendapatkan rapot merah dari para guru honorer.
Pada sepanjang 2021, Kemendikbud berupaya melakukan transformasi pendidikan dan pemajuan kebudayaan secara cepat dan tepat pada masa pandemi Covid-19.
Kemendikbud melakukan sejumlah terobosan yang dilakukan secara cepat dan masif. “Pandemi bukan penghalang bagi kita untuk terus melakukan terobosan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” terang Mendikbud.
Baca Juga: Sepak Terjang Sri Mulyani: Mulai dari Pendidikan hingga Politik
Lebih lanjut Mendikbud menjelaskan empat strategi utama Kemendikbud.
1. Pembangunan infrastruktur dan teknologi;
2. Penguatan kebijakan, prosedur, dan pendanaan;
3. Penguatan kepemimpinan, masyarakat, dan kebudayaan; serta
4. Penguatan kurikulum, pedagogi, dan asesmen,
Mendikbud menegaskan, “semua kebijakan Kemendikbud berujung pada upaya menghadirkan transformasi yang bermakna dan membawa bangsa ini kepada kemajuan”.
Selama setahun terakhir, terdapat beberapa program yang dicanangkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia.
Namun, dari banyaknya program tersebut banyak dari forum yang menilai program mas menteri yang berkaitan dan berhubungan langsung dengan guru tidak cukup sukses menyejahterakan guru.
Baca Juga: Mengenal Kurikulum Prototipe, Paradigma Baru Pendidikan Indonesia Tahun 2022
"Mas Nadiem hanya banyak program, tetapi program yang langsung bersentuhan dengan guru malah gagal," kata Ketum FGHNLPSI Heti Kustrianingsih kepada JPNN.com, Rabu (29/12).
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Kaleidoskop Pendidikan 2021: Sejumlah Kebijakan Mendikbud-Ristek Jadi Sorotan", Klik selengkapnya di sini: https://kabar24.bisnis.com/read/20211220/79/1479529/kaleidoskop-pendidikan-2021-sejumlah-kebijakan-mendikbud-ristek-jadi-sorotan.
Author: Indra Gunawan
Editor : Nancy Junita
Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: https://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: https://bit.ly/AppsBisniscomIOS
Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) dan Forum Guru Honorer Negeri Lulus Passing Grade Seluruh Indonesia (FGHNLPSI), kedua perhimpunan guru tersebut mengkritik pemberian afirmasi dalam seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) guru tahap I yang dinilai masih belum adil bagi guru honorer.
Dikutip dari JPnn, Perwakilan FGHNLPSI mengungkapkan ia sebagi guru honorer yang setiap hari mendidik, mengevaluasi siswa, dan kemudian memberikan nilai, Heti dan kawan-kawannya di FGHNLPSI sepakat mencantumkan nilai D alias tidak lulus untuk Mas Nadiem.
Heti menjelaskan indikator utamanya ialah dilihat dari program 1 juta guru PPPK Program fenomenal yang mem-booming pada akhir 2020 sampai Desember 2021 berakhir dengan kekecewaan.
Nadiem bahkan dituding menambah masalah baru dalam dunia honorer. "Bagaimana bisa selesai masalah guru honorer kalau 782 ribu gurunya belum terakomodasi dalam seleksi PPPK guru 2021," ucapnya.
Baca Juga: Gencarkan Pendidikan Karakter, Sains Jadi Salah Satu yang Penguatan PPK
Ironisnya kata Heti, tes PPPK guru tahap 2 menjadi perang bagi guru swasta dan honorer.
Migrasi guru swasta ke sekolah negeri menyebabkan guru honorer negeri terdepak dan terancam PHK.
Di sisi lain, lanjut dia, sekolah swasta malah kekurangan guru. Heti juga memberikan nilai D karena Nadiem itu menjanjikan guru honorer yang lulus passing grade, tetapi tidak punya afirmasi akan diprioritaskan.
Faktanya pada seleksi PPPK tahap 2 guru honorer negeri yang lulus passing grade tersingkir.
"Sebagian teman kami sudah diminta untuk mencari sekolah lain," ujarnya.
Tidak sedikit pula yang mengemis minta tetap diberikan jam mengajar, meskipun tidak sampai 24 jam mengajar.
Artikel Terkait
Sepak Terjang Sri Mulyani: Mulai dari Pendidikan hingga Politik
Mengenal Kurikulum Prototipe, Paradigma Baru Pendidikan Indonesia Tahun 2022
Kupas Tuntas! Implementasi Kurikulum Prototipe pada Jenjang SMA Pendidikan Indonesia
Implementasi Kurikulum Prototipe di Jenjang SMK dan SLB pada Pendidikan Indonesia
Dosa Besar Pendidikan Indonesia: KPAI Catat 17 Kasus Perundungan dan Tawuran di Sekolah