Frekuensi News - Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.
Inilah rancangan pendidikan karakter (moral) yang oleh Thomas Lickona disebut moral knowing, moral feeling, dan moral action.
Dalam nawa cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak tahun 2016.
Baca Juga: Program Asesmen Nasional Pendidikan dengan Tujuan Mengukur Kualitas Pendidikan Indonesia
Tak hanya olah pikir (literasi), PPK mendorong agar pendidikan nasional kembali memperhatikan olah hati (etik dan spiritual) olah rasa (estetik), dan juga olah raga (kinestetik).
Seperti yang dikutip frekuensinews.com pada laman pikiran-rakyat yang bertajuk Genjot Kompetisi Sains Jadi Bagian Program Penguatan Pendidikan Karakter, pemerintah genjot kompetisi di bidang sains sebagai salah satu bagian program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Kemendikbudristek sendiri kini tengah menggenjot program PPK. PPK merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla, dalam sistem pendidikan nasional.
Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik.
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Prestasi Nasional, Asep Sukmayadi, mengatakan, berprestasi di ajang seperti olimpiade sains menjadi bagian dari penguatan pendidikan karakter.
"Penguatan Pendidikan Karakter terus dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas prestasi peserta didik di bidang kompetisi sains baik dalam skala nasional maupun internasional," kata Asep dalam keterangan pers, Jumat, 17 Desember 2021.
Baca Juga: Cara Pendidikan Lawan Pelecehan dan Kekerasan Seksual di Kampus
Ia menambahkan, Kemendikbudristek, melalui Sekretariat Jenderal, Pusat Prestasi Nasional, selama ini berupaya mengikutsertakan para siswa berprestasi sains di tingkat nasional untuk berkompetisi di tingkat internasional.
Salah satu keterlibatan dalam olimpiade sains internasional adalah melalui ajang International Junior Science Olympiad (IJSO) yang berlangsung di Dubai, 12-21 Desember 2021. Ada 6 siswa SMP yang mengikuti IJSO secara daring.
Para siswa yang mewakili Indonesia di ajang bergengsi tersebut, merupakan peserta yang lolos berdasarkan hasil Kompetisi Sains Nasional (KSN).
Dari keenam siswa tersebut, ada satu siswa asal Kota Tasikmalaya, yakni Tharfi Thufail Qays Al Hakim, siswa SMP Al Muttaqin.
Baca Juga: Pendidikan Jadi Salah Satu dari Tiga Isu Krusial di Kota Bandung
Sementara peserta yang lain adalah Jack Howard Wijaya dari SMP Darma Yudha (Kota Pekanbaru), Harlbert Mayer Hsia dari SMP Witama Nasional Plus (Kota Pekanbaru), Refa Nurtantiawati dari SMP 2 Pangkalpinang (Kota Pangkalpinang), Hisyam Najamudi dari SMP 1 Lamongan (Kabupaten Lamongan) dan I Kadek Andhika Ary Wiguna dari SMPN 6 Denpasar (Kota Denpasar).
Asep mengatakan, sebelum mengikuti perlombaan, 6 peserta IJSO telah menyelesaikan rangkaian tahapan pembinaan dimulai dari Tahap 1 yang diselenggarakan di Bandung pada 4 s.d. 24 Oktober 2021.
Tahap 2 yang diselenggarakan di Bandung pada 25 Oktober s.d. 10 November 2021 dan Tahap 3 yang diselenggarakan di Depok pada 11 November s.d. 11 Desember 2021.
"Sepanjang tahun 2021 siswa kita telah membawa pulang banyak medali dari Olimpiade Internasional. Mudah-mudahan menjadi bekal pengalaman dan menjadi inspirasi untuk sesama pelajar," katanya.
Baca Juga: Budaya Feodalisme pada Pendidikan Indonesia Menghambat Sikap Kritis Pelajar
Ia mengatakan, para siswa yang berkompetisi di ajang internasional tersebut merupakan bukti bahwa upaya mencari prestasi dapat dilakukan, meski di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang.
"Kita dapat terus berprestasi dalam keadaan apapun termasuk dalam situasi pandemi seperti ini,” ujarnya.
Asep meyakini persiapan para siswa tersebut sudah cukup matang. Para siswa yang mengikuti IJSO diharapkan membuahkan hasil maksimal berupa medali.
Salah satu pengajar yang ikut melatih para peserta, Dr. Yasman, sekaligus pembina bidang Biologi yang berasal dari FMIPA Universitas Indonesia, mengaku sangat optimistis dengan hasil yang akan diraih anak didiknya.
Menurutnya, siswa yang mengikuti IJSO kali ini adalah jebolan dari KSN tahun lalu. Mereka diambil dari peserta yang meraih atau memiliki nilai yang tinggi, serta mencukupi secara usia.
Baca Juga: Lahirnya Toxic Productivity pada Masyarakat Pengguna Sosial Media
"Untuk meraih hasil latihan yang baik kami memiliki strategi tersendiri. Sejak karantina saat masuk TC mereka sudah mulai mendapatkan pelatihan yang fungsinya untuk mengetahui kemampuan dan seberapa cepat mereka menerima pelajaran," katanya.
Yasman menilai, sejauh ini para siswa telah menjalani pelatihan yang baik dan siap untuk berkompetisi. Materi pembinaan terdiri dari materi pokok dan materi penunjang.
Artikel Terkait
Budaya Feodalisme pada Pendidikan Indonesia Menghambat Sikap Kritis Pelajar
Kesulitan Dapatkan Pekerjaan? Yuk Simak Pertanyaan dan Cara Menjawab Interview dengan Baik
Sepak Terjang Sri Mulyani: Mulai dari Pendidikan hingga Politik
Kenali Socially Awkward si Canggung Sosial di Lingkup Masyarakat