Guru Besar Farmasi Unpad: Ganja Medis Berbeda dan Tak Miliki Efek

Frekuensi News - Wacana usulan ganja untuk kepentingan medis hampir dipastikan berakhir.

Hal ini terlihat dari keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan uji materi UU Narkotika untuk legalisasi ganja medis.

Ganja medis juga telah mendapatkan beragam respons dari sejumlah pihak, termasuk Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

Menanggapi ganja medis yang menuai polemik, Guru Besar Bidang Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjajaran, Keri Lestari mengungkapkan jika penggunaan ganja medis dan umum sangat berbeda.

Baca Juga: Duduk di Barisan Depan Bersama Melania, Donald Trump Hadiri Pemakaman Ivana Trump

"Penggunaannya itu tidak sama seperti yang kita tahu sekarang. Ganja medis juga tidak memberikan efek berlebihan," kata Keri seperti dikutip oleh frekuensinews.com dari RRI Kamis, 21 Juli 2022.

Ia menjelaskan, ganja medis yang diizinkan di luar negeri untuk pengobatan berbentuk obat dan suntikan.

Bahkan senyawa zat yang dihasilkan oleh ganja medis bertujuan untuk terapi penyakit.

"Biasanya tanaman itu diekstraksi melalui proses bernama Cannabidiol atau CBD. Nantinya, hasil dari proses itu akan berbentuk suntikan atau tablet yang digunakan berbagai terapi atau kejang," ujar Keri.

Baca Juga: Prediksi Skor Akhir Udinese vs Bayer Leverkusen Jumat, 22 Juli 2022  : Ada Juga Head to Head

Keri menyebut, ekstraksi tersebut nantinya akan berubah menjadi senyawa aktif.

Bahkan efek dari CBD ke tubuh pasien hampir tidak akan terjadi.

"Akan dibuat senyawa aktifnya digunakan untuk terapi. CBD tidak memiliki efek berlebih untuk tubuh hanya anti kenjang, anti diabetes, dan lainnya," ucapnya kembali.

Ia berharap jika Indonesia ingin melegalisasikan ganja medis, maka harus ada pengawasan dari pihak terkait agar tidak disalahgunakan.

Baca Juga: Empat Anggota BTS Umumkan Akan Rilis Lagu Berkolaborasi dengan Benny Blanco dan Rapper Snoop Dogg