Frekuensi News - Kejahatan yang kerap terjadi hampir di seluruh dunia, disebabkan oleh sejumlah faktor.
Sementara itu menurut menurut penelitian University of Edinburgh, orang-orang yang pernah mengalami kesulitan ekstrem di masa anak-anak lebih mungkin melakukan kejahatan ketika dewasa daripada mereka yang tidak mengalaminya.
Pengalaman masa anak-anak seperti kemiskinan, penganiayaan, pengucilan sekolah terhubung dengan pelanggaran serius dan hukuman kriminal yang sering terjadi di masa dewasa menurut laporan tersebut.
Para peneliti di University of Edinburgh melacak lebih dari 4.300 orang untuk mengecek keterlibatan mereka dalam kriminalitas dan perilaku anti-sosial dari usia 12 hingga 35 tahun.
Baca Juga: Jakarta Kembali Terapkan PPKM Level 2, Berikut Jam Operasional Terbaru MRT Maret 2022
Seperempat dari 4.300 peserta memiliki setidaknya satu hukuman pidana pada usia 35 tahun.
Ini berkisar dari pelanggaran ringan seperti pencurian dan pelanggaran kecepatan hingga pelanggaran pidana serius seperti penyerangan.
Meski kebanyakan orang berhenti melakukan pelanggaran di masa remaja mereka, para peneliti menemukan bahwa penggunaan narkoba selama masa remaja, menjadi korban kejahatan berulang kali, dan memiliki kepribadian impulsif memiliki kaitan dengan berlanjutnya melakukan pelanggaran hingga usia paruh baya bagi sebagian orang.
Riwayat pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan dan trauma di masa dewasa—seperti berkabung, putusnya hubungan, dan mengalami kecelakaan atau penyakit serius—juga memengaruhi kemampuan orang untuk menjauhi kejahatan.
Baca Juga: MUI Keluarkan Fatwa Baru: Sholat Berjamaah di Masjid Kembali Dirapatkan
Temuan ini berasal dari laporan terbaru "Edinburgh Study of Youth Transitions and Crime".
Sejak tahun 1998, para peneliti merekam jejak remaja sejak usia sekolah menengah hingga masuk dan keluar dari kriminalitas.
"Orang yang memiliki kontak dengan sistem peradilan pidana tidak selalu lebih mungkin berhenti melakukan pelanggaran daripada mereka yang tidak," kata Profesor Lesley McAra dari Edinburgh Law School dan salah satu direktur studi seperti dikutip oleh frekuensinews.com dari University of Edinburgh Jumat, 11 Maret 2022.
"Bahkan, bagi sebagian orang, berkontak dengan sistem peradilan dapat bertindak sebagai katalis untuk terus melakukan pelanggaran hingga dewasa," ujarnya.
Baca Juga: Akui Sulit Kelola APBN Imbas Pandemi Covid-19, Jokowi: Pusingnya Belum Reda, Tambah Lagi Ada Perang
Artikel Terkait
Perbuatan yang Termasuk Kejahatan Dunia Maya atau Cyber Crime
Natal Identik dengan Sinterklas, Simak Asal Usul Sosok yang Suka Membagikan Hadiah Kepada Anak-anak
Cek Fakta: WHO Ingatkan Vaksin Booster Covid-19 Dapat Membunuh Anak-anak
Kepala Ilmuwan WHO: Tak Ada Bukti Anak-anak Perlu Vaksin Booster
Kenali Ciri-ciri dan Pencegahan Diabetes pada Anak-anak, Salah Satunya Mudah Lelah