Melihat Ragam Tradisi Sunat Perempuan di Nusantara: Dari Bugis Sampai Maluku

photo author
- Jumat, 4 April 2025 | 04:55 WIB
Sunat perempuan (FREKUENSINEWS.COM)
Sunat perempuan (FREKUENSINEWS.COM)

 

FREKUENSINEWS.COM - Sunat perempuan, atau yang lebih dikenal dengan istilah "FGM" (Female Genital Mutilation) di dunia internasional, telah lama menjadi bagian dari tradisi dan budaya di berbagai masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia.

Meski praktik ini telah menjadi kontroversial karena alasan kesehatan dan hak asasi manusia, beberapa kelompok masyarakat di Nusantara masih mempertahankan tradisi tersebut sebagai bagian dari identitas budaya mereka.

Ragam praktik sunat perempuan di Indonesia pun bervariasi, dengan cara dan makna yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lainnya, seperti di Bugis hingga Maluku.

Baca Juga: 5 Tradisi Unik dan Aneh Suku Konjo Pegunungan

Sunat Perempuan di Bugis

Di kalangan masyarakat Bugis, khususnya di Sulawesi Selatan, sunat perempuan dikenal dengan istilah "potong" atau "sunat wanita".

Sunat perempuan di Bugis biasanya dilakukan pada anak perempuan yang baru lahir hingga usia beberapa tahun. Praktik ini dipandang sebagai salah satu cara untuk menjaga kehormatan keluarga dan dianggap sebagai bagian dari pendidikan moral dan agama.

Bagi masyarakat Bugis, ritual sunat ini sering diiringi dengan doa dan harapan agar sang anak tumbuh menjadi perempuan yang salehah, menjaga kebersihan diri, dan mampu menjalani peran sebagai ibu dan istri yang baik di masa depan.

Baca Juga: 5 Sejarah, Tradisi, dan Budaya Suku Bugis

Metode yang digunakan dalam sunat perempuan di Bugis sering kali melibatkan pemotongan sedikit pada bagian klitoris atau kulit yang menutupi klitoris. Namun, meski ada yang berpendapat bahwa sunat ini merupakan simbol kebersihan, tradisi ini semakin dipertanyakan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampaknya terhadap kesehatan dan hak-hak perempuan.

Sunat Perempuan di Jawa

Di Jawa, praktik sunat perempuan memiliki berbagai varian, tergantung pada komunitasnya. Di beberapa daerah, praktik ini dikenal sebagai "khitan perempuan" dan dilakukan sebagai bagian dari tradisi keagamaan atau sosial.

Baca Juga: Suku Lingon: Misteri di Belantara Hutan Halmahera Timur

Banyak keluarga Jawa melaksanakan sunat perempuan sebagai bagian dari ajaran Islam, meskipun tidak ada kewajiban syariat yang mengharuskan hal tersebut. Di beberapa desa, sunat perempuan dilakukan dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan pada laki-laki, yaitu dengan memotong sebagian kecil kulit klitoris.

Pada masyarakat Jawa, sunat perempuan sering diartikan sebagai bentuk upacara yang menyatakan bahwa anak perempuan sudah memasuki tahap perkembangan yang lebih matang. Seperti di Bugis, sunat perempuan di Jawa juga dianggap sebagai ritual pembersihan diri yang simbolis.

Sunat Perempuan di Bali

Baca Juga: Bukit Raje Mandare: Harta Karun Alam di Provinsi Bengkulu

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ersangkut Frekuensinews

Tags

Rekomendasi

Terkini

X