Frekuensi News - Berdasarkan data catatan Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterbitkan Febuari 2021, peningkatan pengangguran terbesar terjadi pada kelompok anak muda yang berusia 20-29 tahun.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada penduduk usia 20-24 tahun sebesar 17,66% pada Februari 2021, meningkat 3,36% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 14,3%.
Peningkatan TPT pada kelompok usia ini menjadi yang terbesar dibanding kelompok usia lain.
Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran tertinggi banyak dialami oleh lulusan SMA, SMK, dan pendidikan tinggi universitas.
Begitu pula dari lulusan SMK, naik dari 8,42 persen menjadi 11,45 persen artinya sekitar 2.089.137 orang menganggur lulusan SMK.
Sementara, lulusan universitas dari 5,7 persen menjadi 6,97 persen. Itu setara 1,7 juta pengangguran bergelar sarjana.
Menurut Dirjen Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Nizam dalam webinar Menciptakan Insan Indonesia Unggul Setahun Implementasi (10/11/2021) mengatakan "Bayangkan kalau 1,7 juta sarjana kita tidak siap kerja, ini menjadi potensi yang mengerikan bagi kemajuan bangsa kita,"
Alasan Mengapa Banyak Sarjana Pengangguran
Dilansir trenggalekpedia.pikiran-rakyat.com, Lulus dari perguruan tinggi seringkali dikaitkan dengan pekerjaan di posisi yang bagus dan gaji yang menggiurkan.
Angelina Giovani seroang HR Recruiter menjawab pertanyaan itu di salah satu website tanya jawab.
Angelina mengatakan bahwa banyak faktor yang membuat sarjana menjadi pengangguran.
Berdasarkan pengalamannya menjadi HR Recruiter, salah satu penyebabnya meskipun IPK mereka tinggi, namun ilmu yang didapatkan dari kuliah tidak dapat dipraktekkan.
Tak hanya itu, para sarjana yang melamar pekerjaan juga mempunyai attitude yang kurang sopan.
1. IPK Tinggi Bukan Jaminan dapat Kerja
Menurut Angelina, IPK tinggi tidak dapat menjamin seorang sarjana gampang mendapatkan pekerjaan.
Beberapa pengalaman yang pernah ditangani Angelina, ternyata banyak sarjana yang lulus dengan IPK tinggi justru tidak mampu menjawab ketika ditanya salah satu materi selama kuliah.
Hal itu, kemungkinan karena mereka mendapat nilai bukan karena memahami mata kuliah tersebut. Tapi karena membayar joki skripsi atau dengan cara curang yang lain.
2. Attitude
Pengalaman Angelina menangani sarjana yang lain yang membuatnya herana adalah attitude yang kurang sopan.
Para sarjana yang melamar pekerjaan tersebut, justru menggurui penanya ketika sesi wawancara, dan bukannya menjelaskan secara baik dan benar.
Selain itu, para sarjana juga tidak mampu mempromosikan dirinya ketika sesi wawancara.
Mereka malah menekuk wajah, tidak bersikap baik, dan juga tidak antusias. Padahal sikap tersebut juga dinilai oleh HR reckruiter.
Baca Juga: Kesulitan Dapatkan Pekerjaan? Yuk Simak Pertanyaan dan Cara Menjawab Interview dengan Baik
3. Gaji Tidak Sesuai Kemampuan
Selain dua hal di atas, para sarjana tersebut juga tidak mampu mengukur kemampuan diri. Mereka justru meminta gaji setara manager, padahal baru lulus kuliah dan belum mempunyai pengalaman kerja.
4. Tidak Tahu Perusahaan yang Dilamar
Sebelum menentukan melamar pekerjaan di perusahaan, seharusnya seorang sarjana mengetahui latar belakang perusahaan tersebut. Tapi banyak sarjana yang tidak mau tahu mengenai hal tersebut.
5. Tidak tahu Jobdesk yang Dilamar
Parahnya lagi, mereka juga tidak tahu jobdesk yang dilamar. Tentu ini akan membuat mereka ditolak oleh perusahaan mana pun.
Baca Juga: 6 Sikap yang Harus Dimiliki oleh Fresh Gruade dalam Dunia Kerja
6. CV yang Tidak Rapi
Artikel Terkait
Cara Buat HRD Terkesan dalam Waktu 3 Menit. Pejuang Rupiah Wajib Tahu!
Kenapa Seseorang Sulit Tidur, walaupun Sudah Sangat Lelah?
Pelajar dan Mahasiswa Bersiap, Nadiem Makarim Kembali Salurkan Bantuan Kuota Internet
Cek Sekarang! 10 Top Idol Versi Twitter Sepanjang Tahun 2021 'K-Pop Artists Worldwide'