Frekuensi News - Generasi Z adalah mereka yang lahir pada rentang tahun 1997-2012, karena generasi ini lahir disaat perkembangan teknologi dan internet mulai berkembang. Disebut juga iGeneration dan Generasi Net.
Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan generasi Z, perkembangan sosial media sudah banyak digunakan sehari-hari.
Banyak dari mereka adalah pengguna aktif sosial media seperti Instagram, Tiktok, Twitter, Facebook, dan sosial media lainnya.
Baca Juga: Generasi Milenial dan Generasi Z: Melihat Dunia Kerja
Sang Empati dan Peka Sosial
Rata-rata dari generasi Z sering mengunggah konten-konten yang menunjukkan kepedulian mereka terhadap isu-isu yang sedang hangat di masyarakat.
Seperti lingkungan, pendidikan, atau isu sosial lainnya. Bahkan, konten-konten yang berisikan membantu orang yang membutuhkan lebih diminati para iGenertion saat ini.
Dapat disimpulkan bahwa, iGenertion memiliki ketertarikan pada berbagai kegiatan volunteering.
Ini dibuktikan dari survei yang dilakukan Sparks and Honey menunjukkan sebesar 26% anak umur 16-19 tahun terlibat dalam kegiatan volunteering.
Di masa pandemi saat ini, muncul tren tolong menolong dan saling berbagi disebarluaskan melalui media sosial, banyak gerakan donasi kepada orang-orang yang kesulitan dan membutuhkan bantuan.
Baca Juga: Resensi Buku Generasi Z: Mengenal Karakternya di Dunia Kerja
Tidak sedikit dari mereka yang menyebarkan konten dan info tersebut sehingga lebih banyak orang yang akan membantu.
Seperti perkataan, Gubenur Jawa Barat Ridwan Kamil (2021), “Indonesia itu juara sebenarnya ada pada Inner beautynya, yaitu kesetiakawanan sosial.” ujarnya
“Tahun 2018 ada survei dimanakah negara paling baik hati sedunia itu? Indeks tertinggi adalah Indonesia,” sambung dalam laman sehatnegeriku.kemkes.go.id
Bukti nyata bahwa, adik dari milenial ini lebih sadar akan isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan di seluruh dunia.
Bertebaran kampanye-kampanye kreatif mengenai kepedulian dan penyadaran terhadap permasalahan lingkungan dan isu sosial politik memenuhi sosial media yang ditanggapi positif oleh generasi ini.
Baca Juga: Cari Tahu Toxic Masculinity dan Dampaknya Bagi Kesehatan Mental Laki-Laki
Ketertarikan Isu Lingkungan Gen Z
Mayoritas gen Z ini paham betul bahwa, perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh perubahan iklim (climate change) nyata dampaknya bagi kehidupan manusia saat ini dan generasi yang akan datang.
Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan dengan rentang usia 17-35 tahun di seluruh Indonesia.
Survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang diselenggarakan Yayasan Indonesia Cerah yang membahas permasalahan kritis iklim di Indonesia (2021) mencatat bahwa tingkat kepedulian, mereka yang berusia 17-26 tahun memiliki kepedulian mencapai 85%, dan untuk usia 27-35 tahun sebesar 79%.
Greta Thunberg, salah satu figure gen Z yang terkenal sebagai aktivis lingkungan asal Swedia. Dia memiliki ketertarikan tinggi terhadap isu-isu perubahan iklim dan lingkungan.
Dia mengajak anak-anak muda untuk mulai menumbuhkan gaya hidup eco-friendly dan memimpin Gerakan Global Climate Strike yang diikuti 4 juta orang melalui media sosial.
Lahirnya organisasi-organisasi yang fokus membahas dan menyuarakan isu-isu lingkungan yang didirikan oleh iGeneration ini, seperti: Future Coalition, Earth Uprising, Global Climate Strike, Youth Climate Strike, dan sebagainya.
Baca Juga: Tidak Membudayan Toxic Masculinity pada Anak Laki-laki!
Toleransi Beragama Tinggi
Tren toleransi ditunjukkan oleh Generasi Z di media sosial. Mayoritas responden 62% sangat toleran terhadap topik terkait agama yang berbeda dengan keyakinan di media sosial.
Mereka menetang pernyataan yang menyinggung agama lain. Lembaga studi SETARA Institute (2019) mengeluarkan sebuah riset mengenai skor toleransi.
Riset ini untuk mengetahui dan mengukur perkembangan kualitas toleransi di Indonesia.
Hasilnya mengatakan bahwa generasi Z di Indonesia memiliki rasa toleransi beragama yang tinggi, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
SETARA berpendapat “Di manapun mereka berada, generasi ini sangat mendukung tolerasi beragama baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam aktivitas media sosial.”***
Artikel Terkait
Laporan Lengkap Rachelle Miller, Mantan Kekasih yang Dianiaya Menteri Pendidikan Australia Alan Tudge
Rekomendasi Lagu K-Pop Buat Healing Terbaik, Salah Satunya Epiphany dari BTS
Gunung Semeru Meletus, Mensos Risma Pantau Dapur Umum hingga Distribusikan Bantuan untuk Pengungsi
3 Kasus Kematian Sianida: dari Kopi hingga Red Velvet