FREKUENSINEWS - Institut Pertanian Bogor (IPB University) punya mahasiswa termuda tahun akademik 2025/2026. Dia adalah Sahara Anggelina Putri, mahasiswa Sekolah Vokasi angkatan 62 Program Studi Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian.
Sahara tercatat menjadi mahasiswa termuda di IPB University dengan usia 15 tahun 8 bulan. Sahara berhasil menembus jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dengan menempatkan IPB University sebagai pilihan utama.
Ia adalah lulusan SMAN 1 Parakansalak, Kabupaten Sukabumi. Dengan usianya yang masih 15 tahun, rata-rata siswa seusianya masih kelas 9 SMP atau kelas 10 SMA.
Baca Juga: Lapas Muara Enim Dukung Pelestarian Budaya di Karang Asam Festival 2025
Bagaimana Sahara bisa masuk IPB di usia muda? Cara Sahara masuk IPB di usia 15 tahun Sejak kecil, Sahara telah menunjukkan minat belajar dan kemampuan akademik yang menonjol. Ia menempuh pendidikan anak usia dini (PAUD) selama satu tahun.
Ketika melihat teman-temannya mulai masuk sekolah dasar (SD), Sahara bersikeras tidak ingin bersekolah lagi kecuali langsung ke SD. Meski saat itu usianya belum genap 4 tahun, orangtuanya tetap mendaftarkannya dengan status “anak bawang”.
“Namun, waktu itu ada seorang guru yang melihat saya sudah mampu membaca, menulis, dan berhitung. Beliau yang mendorong agar saya diterima sebagai murid resmi,” katanya, dilansir dari laman IPB University, Rabu (3/9/2025). Keputusan inilah yang menjadi awal perjalanan Sahara menempuh pendidikan lebih cepat dibandingkan anak-anak seusianya. Kini, langkah Sahara berlanjut hingga ke IPB University. Perkenalannya dengan IPB University datang dari media sosial, ditambah dengan dorongan kuat dari keluarganya.
“IPB University itu salah satu kampus terbaik di Indonesia. Keluarga juga sangat mendukung, sehingga saya semakin termotivasi untuk mendaftar," ujarnya.
“Waktu SNBP, baik pilihan pertama maupun kedua saya adalah IPB University. Alhamdulillah, sekarang diterima di sini,” ceritanya.
Meski lebih muda dari teman-temannya, Sahara tidak merasa minder.
Baca Juga: Polemik Tiang Listrik di Tanah Warga Pagaralam, PLN Diduga Wajib Bayar Ganti Rugi Sesuai UU
Ia justru menjadikan perbedaan usia ini sebagai motivasi untuk terus berkembang. Salah satu cara yang ia lakukan adalah dengan menjaga konsistensi belajar.
Setiap malam, ia meluangkan waktu selama satu jam untuk melakukan deep learning, mengulas kembali pembelajaran yang didapatkannya di kelas. “Setiap malam saya usahakan belajar ulang sekitar satu jam. Dengan begitu, saya bisa lebih memahami materi sekaligus melatih cara berpikir kritis dan mendalam,” ungkapnya.