Demokrasi telah membuktikan bahwa tokoh kontroversial seperti Adolf Hitler dan Donald Trump dapat dengan mudah menjadi pemimpin negara, memberi peluang bagi para koruptor dan preman politik untuk meraih kekuasaan. Sebaliknya, sistem satu partai membuktikan bahwa kepemimpinan yang efektif memerlukan jenjang karier panjang dan disiplin yang ketat, yang berfungsi untuk menciptakan keteraturan dan mengurangi ruang bagi koruptor.
Mana yang lebih baik antara demokrasi dan sistem satu partai? Hanya hati nurani yang mampu menjawabnya, karena hati nurani adalah satu-satunya yang bisa jujur melihat kelebihan dan kekurangan dari kedua sistem tersebut. Setiap sistem memiliki tantangan dan kelebihannya masing-masing, dan sejatinya, keberhasilan suatu sistem sangat bergantung pada konteks dan bagaimana nilai-nilai dasar diterapkan dalam praktik.***