Frekuensi News - Tidak dapat dibantahkan bahwa peluang kerja, semakin lama semakin sulit. Setiap orang semakin berkompetitif dalam mendapatkan pekerjaan. Sehingga melahirkan fenomena workaholic.
Berdasarkan laman jurnal.id, “Sekitar 64% pegawai professional di Indonesia mengaku bahwa dirinya adalah workaholic.”
Istilah workaholic digunakan bagi mereka yang gila kerja atau kecanduan kerja sampai menyebabkan overwork (kerja berlebihan). Workaholic termasuk dalam budaya hustle culture
singkatnya, hustle culture adalah sebuah gaya hidup dimana seseorang merasa bahwa dirinya harus terus bekerja keras dan hanya meluangkan sedikit waktu untuk beristirahat, dengan begitu ia dapat menganggap dirinya sukses.
Baca Juga: Generasi Milenial dan Generasi Z: Melihat Dunia Kerja
Seorang workaholic selalu menomorsatukan pekerjaan, tanpa ada waktu untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Mereka terobsesi untuk terus bekerja dan mendedikasikan dirinya secara total pada pekerjaan untuk mendapatkan pengakuan dan kesuksesan.
Seorang workaholic akan merasa cemas dan tertekan jika terlalu lama berdiam diri. Mereka cenderungan tidak rela, jika mereka tidak bekerja karena akan menimbulkan perasaan tidak berharga dan terasingkan.
Di era teknologi sekarang ini, budaya workaholic semakin tinggi karena mudahnya berkomunikasi dengan seseorang kapan saja dan di mana saja.
Sehingga semakin sulit memisahkan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Ini mengakibatkan work life balance terganggu.
Baca Juga: Penyebab dan Tips Jitu Menghadapi Quarter Life Crisis
Dilansir laman psychologytoday.com yang ditulis oleh Barbara (2011) bahwa kepribadian workaholic terbagi menjadi 3 tipe yakni:
1. Workaholic controller (workaholic pengendali) biasanya tipe ini adalah orang-orang yang mandiri, intens, bangga namun sering kali arogan.
Dalam pekerjaan mereka adalah sosok yang giat dan sangat menikmati kesibukan sehingga mereka jarang bersantai.
Para workaholic tipe pengendali, cenderungan adalah tipe pemikir. Sering kali memegang jabatan manajemen atas, dan wiraswasta.
Kebanyakan dari mereka rela bekerja mati-matian sampai kelelahan mengakibatkan, kehidupan pribadi hancur dari hubungan dengan keluarga, dan orang-orang sekitar.
2. Workaholic controller narsissistic (workaholic pengendali narsistik) adalah mereka yang melakukan segala sesuatu dengan cara dan sudut pandang mereka.
Dengan demikian, workaholic pengendali narsistik membahayakan kesejahteraan orang lain dan mengabaikan etika dan moralitas.
Kebanyakan dari mereka menekan perasaan sehingga setiap kali melakukan sesuatu selalu memandang keuntungan.
Bahkan, mereka dapat memanipulasi orang lain untuk kepentingannya sendiri.
Baca Juga: Penyebab dan Tips Jitu Menghadapi Quarter Life Crisis
3. Pleaser workaholic adalah para workaholic yang cenderungan berusaha memenuhi ekspektasi dan harapan atasannya.
Diantara ketiga workaholic tipe pleaser ini rata-rata kurang ambisius, lebih sosialis, selalu sadar akan keberadaan orang lain dan kebutuhan orang lain.
Workaholic tipe ini menahan kemarahan dan malah berpikir bahwa mereka yang salah. Mereka akan berusaha membuat orang lain Bahagia karena kemampuannya, tapi sering mengorbankan kebahagian pribadi.***
Artikel Terkait
Resensi Buku Generasi Z: Mengenal Karakternya di Dunia Kerja
Quarter Life Crisis pada Anak Muda Usia 20 sampai 30 Tahun, Kamu Wajib Tahu!
Fenomena Loneliness dan Quarter Life Crisis pada Generasi Muda Indonesia
Ketahui Loneliness dari Gejala Fisik dan Mental Seseorang
Tips Ampuh Atasi Kesepian untuk Seorang Loneliness