Anak dan Ibu Kandung Bisa Berhubungan Badan di Suku Polahi, Benarkah?

photo author
- Selasa, 5 November 2024 | 01:21 WIB
Anak dan Ibu Kandung Bisa Berhubungan Badan di Suku Polahi, Benarkah? (frekuensinews.com)
Anak dan Ibu Kandung Bisa Berhubungan Badan di Suku Polahi, Benarkah? (frekuensinews.com)

FREKUENSINEWS.COM - Anak dan Ibu Kandung Bisa Berhubungan Badan di Suku Polahi, Benarkah?

Keragaman suku di Indonesia diakui dunia luar unik. Tidak hanya itu, ada yang dianggap tahu atau nyeleneh sekalipun.

Lantaran, tradisi tersebut diluar nalar bahkan diluar norma. Kaeena, anehnya lagi tradisi tersebut justru masih berlanjut turun temurun hingga saman modern saat ini.

Baca Juga: Suku Pasemah dan Suku Semendo, Ini Perbedaan dan Persamaannya

Ya, Suku Polahi salahsarunya. Tradisnya pun viral dijagad maya. Karena tradisi perkawinan sedarah yang masih berlanjut diera digital ini. 

Yuk kita ulas diartikel ini. orang Polahi salahsatu suku di Indonessia yang memiliki keunikan dalam hal tradis.

Berbeda dengan adat suku lainnya di Nusantara. Dalam hal tradisi perkawinan. Sehingga telah menarik perhatian para peneliti dan antropolog selama bertahun-tahun.

Baca Juga: RY : Kalau Bedulur, Jangan ke Lain Hati. Mantapkan Pilih Ngesti – Amin

Pada artikel kali ini, kita akan menelusuri asal usul suku Polahi, jejak sejarahnya, dan bagaimana mereka mempertahankan identitas uniknya di tengah perubahan zaman.

Melalui kajian mendalam ini, kami akan berupaya memahami prospek dan tantangan yang dihadapi  suku ini, serta sejauh mana mereka terkena dampak dunia modern yang terus berubah.

Ketika suku Polahi menghadapi dampak pengaruh luar, kekuatan mereka dalam mempertahankan esensi tradisionalnya menjadi sumber inspirasi.

Baca Juga: Tak Diberi Uang Rp 300 Ribu, Anak di OKU Selatan Tega Habisi Nyawa Ayah Kandungnya

Kehidupan di  hutan lebat di Gorontalo memungkinkan mereka untuk tetap terisolasi dari arus utama perubahan, namun dampak globalisasi dan interaksi dengan komunitas lain mulai memberikan dampak.

Meskipun beberapa perubahan positif telah terjadi dalam hal kesejahteraan dan pendidikan,  aspek-aspek tertentu dari tradisi mereka terus menimbulkan pertanyaan dan perdebatan di  masyarakat luas.

Menyeimbangkan warisan budaya dan kebutuhan akan perubahan merupakan dinamika yang terus dihadapi  suku Polahi dalam perjalanannya menuju masa depan yang lebih baik.

Baca Juga: Polisi Tangkap Pemuda di Pali, Jual Ribuan Butir Obat Batuk Samcodin Tanpa Ijin: Sebabkan Mabuk

Meski pernikahan sedarah dianggap tabu, namun hal itu masih sering terjadi di suku Polahi.

Selain itu, poligami juga diterima di suku ini, dan para pria suku Polahi tidak keberatan untuk menikahi lebih dari satu wanita.

Sistem poligami yang unik ini seringkali berhubungan dengan pernikahan sedarah di suku Polahi, seperti menikahi dua saudara kandung sekaligus dan sebagainya.

Baca Juga: Polisi Tangkap Pemuda di Pali, Jual Ribuan Butir Obat Batuk Samcodin Tanpa Ijin: Sebabkan Mabuk

Yang lebih mengejutkan, meskipun pernikahan sedarah sering kali dikaitkan dengan kelahiran anak-anak yang cacat, namun di suku Polahi tidak terdapat anak-anak cacat dari pernikahan sedarah tersebut. 

Anak-anak yang lahir dari pernikahan sedarah di suku Polahi justru normal dan sehat. Fenomena ini menjadi misteri yang belum terpecahkan di suku Polahi.

Meskipun suku Polahi telah mengalami pengaruh dari luar dan kehidupan mereka lebih sedikit modern, tradisi pernikahan sedarah masih sering ditemui. 

Baca Juga: Pemilik Gudang Minyak Ilegal di Muara Enim Diamankan Imbas Truk Meledak

Suku Polahi adalah suku terasing yang hidup di hutan pedalaman Gorontalo. Menurut cerita yang beredar, suku Polahi adalah masyarakat pelarian pada masa penjajahan Belanda yang menjadikan hutan sebagai tempat tinggal mereka untuk menghindari penjajahan. 

Sejak abad ke-17, suku Polahi hidup di daerah Boliyohuto, Paguyaman, dan Suwawa di Provinsi Gorontalo.

Ketika Indonesia merdeka, sebagian keturunan suku Polahi masih tetap tinggal di hutan. Sikap anti penjajah dari masa lampau terus diwariskan secara turun-temurun, sehingga orang di luar suku Polahi dianggap sebagai penindas dan penjajah. 

Baca Juga: Penemuan Lautan Tersembunyi di Mars, Harapan Baru untuk Kehidupan

Hal ini membuat suku Polahi harus beradaptasi dengan kehidupan di hutan. Meskipun ada perubahan yang terjadi, tradisi pernikahan sedarah yang unik tetap menjadi bagian dari identitas suku Polahi.

Dengan cerita ini, kita dapat melihat keragaman suku bangsa dan keunikan tradisi yang ada di Indonesia. 

Suku Polahi menghadirkan gambaran yang unik tentang kehidupan dan nilai-nilai mereka yang berbeda dari budaya lainnya.

Baca Juga: Preman Kampung Todong Sopir Mobil Boks di Kabupaten Empat Lawang

Suku Polahi, dengan tradisi pernikahan sedarahnya yang kontroversial, merupakan sebuah masyarakat yang terasing dan terpelihara di dalam hutan pedalaman Gorontalo. 

Meskipun telah mengalami perubahan dalam hidup mereka menuju ke arah yang lebih modern, suku Polahi masih mempertahankan warisan budaya mereka yang unik. 

Keunikan ini menjadi bagian dari identitas mereka sebagai suku yang pernah menjadi pelarian dari penjajahan Belanda dan hidup dalam keterasingan di tengah hutan. 

Baca Juga: 4 Tambang Terbesar di Padang, Sumber Daya Alam yang Menggerakkan Perekonomian

Meskipun banyak misteri dan pertanyaan yang terkait dengan tradisi pernikahan sedarah di suku Polahi, cerita mereka menunjukkan keragaman budaya yang ada di Indonesia dan kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat terasing di pedalaman hutan.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ersangkut Frekuensinews

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

80 Pati TNI AD Naik Pangkat l, Ini Pesan Kasad!

Selasa, 2 Desember 2025 | 15:33 WIB
X